navigasi

Main Sinetron ala Ketua KPK

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad tampil live di kabar petang TVone, Selasa 1 Mei 2012

‘’KPK dan hakim tidak boleh sering tampil di televisi untuk mempopulerkan dirinya. Dia harus diam. Karena karakter penegak hukum adalah orang-orang yang tidak boleh memberi suara ke publik. Tidak boleh, itu salah, itu orang yang main sinetron.’’

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Abraham Samad

Kalimat di atas merupakan pernyataan Abraham Samad di hadapan anggota Komisi III DPR RI pada Senin 28 November 2011. Saat itu, Abraham Samad tengah mengikuti seleksi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dengan lantang dan tegas Abraham Samad mengkritik pimpinan KPK yang gemar muncul di televisi dan membuat berbagai macam pernyataan. Statemen Abraham Samad itu muncul lantaran Ketua KPK saat itu, Busyro Muqoddas dan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD kerap melontarkan kritik di media mengenai berbagai hal. Termasuk mengenai anggota DPR yang bersikap hedon. (Baca: KPK Sekarang Seperti Bintang Sinetron)

Abraham Samad tampil sendirian saar gelar konfrensi pers penetapan Angelina Sondakh menjadi tersangka, Jumat 3 Februari 2012

Tak cukup  “mencap” pimpinan KPK berlagak sebagai pemain sinetron, Abraham juga menyindir pimpinan KPK yang sering mengumumkan tersangka baru dalam sebuah kasus korupsi.

Pimpinan KPK, ujarnya, tidak perlu harus populer. Tindakannya yang harus bisa popular di masyarakat. Ini bisa terlihat dari sikap pimpinan KPK yang kalau mau menetapkan tersangka tak perlu menyampaikan ke publik. ‘’Itu salah, itu bukan penegak hukum. Itu orang yang mau main sinetron. Kalau memang memenuhi syarat, panggil saja ke kantor, tetapkan jadi tersangka pada saat itu juga,’’ papar dia. (Baca: KPK Tak Boleh Serig Bicara ke Publik)

Konfrensi pers penetapan Miranda Gultom menjadi tersangka, Kamis 26 Januari 2012

Sepekan setelah seleksi pimpinan KPK, Abraham akhirnya terpilih sebagai Ketua KPK. Tepatnya Jumat 2 Desember 2011. Abraham menjadi Ketua KPK melalui proses voting. Ia didukung 43 anggota Komisi III DPR, sedangkan saingannya Busyro Muqoddas didukung 5 suara, Bambang Widjojanto 4, Zulkarnain 3 suara, dan sedangkan Adnan Pandupradja 1 suara. Samad membawa KPK menuju babak baru pemberantasan korupsi di Indonesia.

Abraham Samad dan Pimpinan KPK jilid III ucapkan sumpah saat dilantik di Istana Presiden. 16 Desember 2011

***

 Dalam tulisan ini, saya tak coba masuk dalam konteks hukum, apalagi menguji integitas Abraham Samad dalam pemberantasan korupsi. Saya hanya mencoba melokalisir topik mengenai pernyataan beliau saat menjalani fit and propert test di hadapan Komisi III DPR tentang: tudingan pimpinan KPK bak bintang sinetron karena sering tampil di televisi dan penetapan tersangka yang disampaikan ke publik.

Pada kenyataannya, menurut saya, Abraham Samad menjilat ludahnya sendiri. Justru di era kepemimpinan beliau, Samad malah lebih sering tampil di televisi. Saya masih ingat, saat penetapan Angelina Sondakh pada 3 Februari 2012.  Saat itu, Samad justru menggelar konfrensi pers sendirian, tanpa didampingi pimpinan KPK lainnya. Bahkan Johan Budi, juru bicara KPK yang biasanya mengumumkan tersangka baru, justru tak terlihat di situ.

Abraham Samad tak cuma sekali menggelar konfrensi pers penetapan seorang tersangka. Pada kasus cek pelawat, Abraham juga tampil ketika menetapkan Miranda Gultom sebagai tersangka. Untung kali ini dia didampingi Johan Budi.

Tak cuma itu. Frekwensi Abraham Samad tampil di televisi baik onair maun off air juga melebihi Ketua KPK  sebelumnya. Selasa 1 Mei 2012 malam, contohnya. Abraham Samad tampil live di program Kabar Petang TvOne. Di sini, Abraham menawarkan justice collaborator kepada Angelina Sondakh.   Penawaran yang akhirnya menimbulkan polemik baru, karena menurut Nasrullah, pengacara Angelina Sondakh, kliennya sama sekali belum diberitahukan secara resmi.

” Klien saya belum diminta secara resmi, lalu kenapa Ketua KPK sudah memberitahukannya ke publik. Ini kan aneh,” kata Nasrullah di program Indonesia Lawyer Club TvOne Selasa 1 Mei 2012.  Cara Abraham Samad menawarkan justice collaborator lewat televisi, menurut Nasrullah hanya pencitraan semata.

Sebelumnya pun, dalam sebuah diskusi terbuka di twitter, kinerja Abraham Samad sebagai Ketua  KPK juga sempat menjadi diskusi menarik antara jurnalis Farid Gaban dengan aktivis Fadjrul Rakhman. Ini terkait statemen Abraham Samad yang memastikan jika Anas Urbaningrum terlibat korupsi Hambalang.  Menurut Farid Gaban dalam akunnya @fgaban, tugas KPK dan penyidiknya itu menuntut bukan memastikan. “Bgmn @KPK_RI bisa MEMASTIKAN seorang terlibat korupsi tanpa pengadilan? Saya percaya integritas Abraham Samad. Tapi, sikapnya yang grusah-grusuh bisa merugikan penegakan kasus korupsi,” kata Farid Gaban di twittnya.

Terlepas konteks yang diperdebatkan di atas, bagi saya pribadi, tampilnya seorang Ketua KPK dalam konfrensi pers penetapan tersangka korupsi agak janggal. Dari banyak refrensi, mulai era kepemimpinan Busyro Mukodas dan Antasari Azhar, saya tak menemukan seorang Ketua KPK mengumumkan penetapan tersangka korupsi.

Kesalahan fatal, seperti yang dituduhkan Abraham Samad sendiri lainnya adalah,  rentang waktu dari penetapan tersangka hingga penahanan yang terlalu lama. Seperti dalam kasus Angelina Sondakh, dimana setelah tiga bulan setelah ditetapkan sebagai tersangka, baru kemudian mantan Putri Indonesia itu ditahan.

Dari realitas ini, saya justru menilai Abraham Samad tak konsisten dengan apa yang diucapkannya saat seleksi pimpinan KPK di Komisi III itu. Atau pernyataan itu sengaja dilontarkannya hanya untuk menarik simpati DPR dalam pencalonannya? Maklum, waktu itu, DPR dikritik habis pimpinan KPK karena gaya hidup DPR yang hedonis: memakai pakaian dan mobil mewah.

Dugaan saya semakin kuat, karena Abraham Samad terkesan membela DPR saat menjawab pertanyaan mengenai korupsi di parlemen. Menurut Samad: ‘’KPK boleh saja menangkap anggota legislatif, tapi tak boleh mendelegitimasi. Tak boleh ada penciptaaan opini seolah-olah anggota legislasi korupsi semua. Suka atau tidak suka, DPR merupakan mitra KPK dalam melakukan pengawasan.’’

Duh. Jika memang ini salahsatu trik Abraham Samad untuk mendapat dukungan DPR, saya kira berbahaya bagi pemberantasan korupsi. Karena statemennya di awal topik ini, tak bersungguh-sungguh. Jika demikian, siapa sebenarnya yang bermain sinetron di sini?

Biografi Abraham Samad
Nama Lengkap: Dr. Abraham Samad, SH, MH
Tanggal Lahir: 27 November 1966
Tempat Lahir: Makassar, Sulawesi Selatan
Pekerjaan: Advokat, Pimpinan KPK
Pendidikan : S1, S2, S3 di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

                    

Janji Pimpinan KPK


.

3 komentar di “Main Sinetron ala Ketua KPK

  1. 10 menit, yang saya buang percuma untuk baca tulisan yang tak memberikan solusi, semangat, dan kritik yang membangun, benar2 terasa melelahkan

  2. yang penting tindakannya bro….ngapain juga dipersoalkan masa lalunya Abraham Samad, Emang hal itu substansial dengan pemberantasan korupsi? Kita semua rakyat Indonesia wajib bersyukur, masih ada orang kayak Abraham.

Tinggalkan Balasan ke rirza wianda Batalkan balasan